Posted in Career and Proffesion

Nyebur Ga Nyebur Basah

Kuliah memberikan saya pengetahuan, tapi kuli memberikan saya pemahaman.

Ternyata, setelah kuli dunia tidak seindah yang dibayangkan. Di mana, ada orang yang bisa terlihat baik meski sebenarnya tidak. Ada pula orang yang kerja dengan sungguh – sungguh, tetapi akhirnya berhenti karena tidak mendapatkan apresiasi yang sesuai. Saat saya kuliah, saya diajarkan mana yang benar dan tidak. Tapi saat ini dunia kuli menuntut kita untuk menjadi abu – abu.

Saya akan memberikan contoh kasus.

——-

1.Main Aman

Dokter X adalah seorang dokter yang pernah melakukan pengabdian di daerah. Saat di daerah, pasien dokter X mencapai 100 orang perhari. Dokter X merasa Ia tidak maksimal menangani pasien karena waktu yang terbatas, sehingga mau tidak mau Ia mengurangi waktu pemeriksaan dan konseling. Dokter X merasa kerjanya tidak optimal dan hatinya merasa bersalah jika memeriksa pasien seperti itu. Akhirnya dokter X mengakhiri karirnya sebagai klinisi dan memutuskan menjadi dosen.

2.Nyebur basah

Dokter Y adalah dokter muda yang baru lulus. Dokter Y mengawasi kondisi lingkungannya yang ramai dengan praktek kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan bukan dokter. Banyak kejanggalan yang dilihat, seperti kombinasi NSAID dengan steroid yang tidak diperlukan, penggunaan antibiotik tidak tepat dosis atau tidak sesuai indikasi, dan yang lainnya. Dokter Y banyak diminta oleh pasiennya untuk memberikan kombinasi obat yang serupa, meski kombinasi tersebut tidak tepat. Dokter Y merasa stres karena seperti tukang obat yang tidak bisa bekerja sesuai kompetensi. Ia jenuh dan ingin berhenti jadi klinisi, tapi pelayanan primer akan banyak diisi oleh oknum – oknum yang bekerja tidak sesuai kompetensi. Di sisi lain, keberadaan praktek nondokter ini sangat membantu masyarakat karena lokasi dengan praktek dokter yang jauh.

Dokter Y memiliki pikiran untuk pindah bekerja di pelayanan sekunder dengan regulasi dan wewenang yang lebih jelas. Namun, hilangnya dokter Y dari pelayanan primer seperti cuci tangan setelah makan, tidak menjadikan masalah selesai.

—–

Saya ingat kata  kata sahabat saya, jangan jadi komentator, jangan hanya jadi penonton yang tahu banyak hal salah yang terjadi di suatu institusi. Menonton jelas tidak akan membuat keadaan jadi baik. Nyebur, dong!

Pelayanan sekunder benar – benar menarik bagi saya. Saya bisa bekerja sesuai dengan kompetensi, memberikan obat sesuai indikasi, dan bekerja sesuai standard dan guidelines. Tapi ya sudah, saya jadi menutup mata dengan kondisi di bawah. Jadi dokter umum itu apalagi dokter baru itu memang banyak makan hati. Tapi mungkin di situ lah Allah menyediakan banyak pahala. Pahala dari kesabaran, pahala dari usaha – usaha kita untuk tetap istiqamah berusaha meluruskan ketidaksesuaian. Entahlah Allah akan mengetuk hati saya melalui pintu yang mana. Mudah – mudahan jalan mana saja yang mendekatkan saya menuju jalan yang Allah ridhai. Amin..

Posted in Sastra dan Cerita

Menyikapi Kehilangan

Kehilangan seseorang itu begitu menakutkan. Apalagi kenangannya yang selalu membayangi. Berulang kali kehilangan membuat saya belajar, bahwa jatuh itu memang sakit. Tapi bangkit lagi itu harga mati. Seperti yang Butet bilang, “You have to make a better life for your future children. Live your life as good as your mother always does.”

I’m scared to death, really. Tapi ada lagu yang menurut saya membuat saya agak bijak menyikapi kemungkinan kehilangan. Jadi, lagu ini saya dengarkan tepat setelah kemarin saya curhat. Saya merasa jauh lebih baik setelah didengarkan. Betapa saya merasa bahagia dan berterima kasih dengan kehadiran orang yang menyayangi saya. Mirip lagu Bill Withers – Lovely Day , Then I look at you, and the world’s alright with me. But what if we lose someone we used to talk with?

Then I look at you
And the world’s alright with me
Just one look at you
And I know it’s gonna be
A lovely day

Bill Withers – Lovely Day

Kehilangan memang menyedihkan. Tapi bukan berarti kehilangan membuat kita lalai dan menjadi orang yang lebih buruk dari hari kemarin. Simpan yang baik – baik saja di hati kita. Ketika kita kehilangan seseorang, cobalah jadikan kebaikan – kebaikan yang pernah ditanamkan sebagai bekal semangat di kehidupannya ke depannya. Jadi nanti kalimatnya diganti, “Then I remember you, and the world’s alright with me. And I know it’s gonna be a lovely day.”

Hey, awalnya baru mau dimulai. Kenapa udah drama?

Ps: I would live well.. I promise. ❤ 

 

Posted in A Thought, Cerita Koas, Uncategorized

Mau Jadi Apa? (Lanjutan)

“Mau jadi apa nanti?”

Pembahasan mengenai karir yang akan dijalankan di masa depan akan selalu mengisi topik – topik dalam tulisan saya. Hehe. Setelah lulus, nampaknya waktu yang ada memberikan banyak kesempatan untuk berpikir.

  • Apakah ingin jadi klinisi atau non klinisi?
  • Apakah ingin bermain di ranah primer atau sekunder?
  • Apakah ingin jadi dokter dengan pisau atau tidak?

Alhamdulillah sudah makin terbayang pilihan saya nanti.

  1. Klinisi
  2. Primer

Jadi, saya masih mempending beberapa pelatihan atau seminar, karena ingin melihat setelah internship ilmu apa yang betul – betul saya perlukan. Senangnya, karena sudah di rumah saya bisa berpikir jernih tanpa terlalu banyak dipengaruhi pemikiran orang lain. Saya juga tidak hanya memikirkan “gengsi” suatu profesi. Karena kelak saya akan menjalankannya insha Allah sampai mati kan. Jadi harus yang betul – betul bisa dinikmati. Saya sih muluk – muluk banget, pengen yang bisa sambil jaga anak, tapi tetep cukup buat beli lipstick baru. #ehhh.

Posted in Potret

A Random Afternoon

Never give up on your relationship, apalagi sama anggota keluarga. Bonding itu perlu entah cuma nonton di rumah atau jalan bareng random. Asik banget punya sodara yang bisa diajak pergi ngegembel, aga olahraga dikit sambil ketawa-ketawa. Semoga next time bisa berempat jalan-jalannya.

Lokasi: Punclut, Ciumbuleuit

image

image

image

image

image

image